Rabu, 03 September 2014

Tipe Memakai Lensa Tele

Lensa tele atau yang lebih dikenal dengan lensa teropong karena berfungsi untuk ‘meneropong’ dari jarak jauh populer digunakan pada dunia olahraga, petualangan alam liar serta foto konser. Tak lupa pula di dunia selebriti dan paparazi lensa ini adalah andalan utama mereka.
Fungsi utamanya yang mengambil foto dari jarak jauh memungkinkan sang fotografer dan subyek (obyek) foto bisa lebih aman dan nyaman sehingga ‘tidak saling mengganggu’ satu sama lain. Soal keamanan ini pula menjadi faktor utama bagi para fotografer di alam liar, dimana mereka bisa mengambil foto dari seekor singa / harimau dari jarak yang aman ataupun mengambil foto gunung berapi yang sedang bergejolak memuntahkan lavanya.
Ada beberapa tips dan trick untuk bisa memaksimalkan fungsi dari lensa tele yang Anda miliki saat ini, apapun merek serta tipenya (tele-fix atau tele-zoom), tips ini bisa diaplikasikan lebih jauh. Berikut ini tips dan trick nya :
  1. Kenali terlebih dahulu panjang fokal serta bukaan diagrafragmanya (apperture). Biasanya hal ini bisa ditemui pada sisi depan lensa tersebut / box lensa tersebut. Contoh : 200mm f/4, 70-200mm f/2.8, dst. Hal ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan dari lensa tersebut dan kita bisa mempersiapkan serta mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi pada saat ‘on the stage‘ nantinya.
  2. Semakin besar nilai dari fokal maka mempunyai kemampuan ‘tele’ lebih jauh dalam posisi pengambilan yang sama, tapi mempunyai konsekwensi rentang sudut pengambilan yang semakin sempit jika dibandingkan dengan fokal yang lebih kecilnya. Lensa dengan panjang fokal 200mm bisa ‘memperbesar’ obyek yang lebih jauh jika dibandingkan dengan lensa dengan panjang fokal 70mm.
  3. Semakin besar nilai bukaan diagfragma (apperture) maka semakin ‘cepat’ lensa tersebut dapat digunakan. Arti cepat disini adalah semakin cepat setting untuk exposurenya dalam kondisi minim cahaya (redup / gelap). Sebagai contoh lensa dengan f/2.8 dapat digunakan ‘lebih cepat’ jika dibandingkan dengan lensa dengan f/4, begitu juga lensa dengan f/4 ‘lebih cepat’ daripada lensa dengan f/5.6, begitu juga seterusnya. Secara teori hal ini disebabkan semakin besar bukaan diagfragma sehingga semakin besar ‘jumlah cahaya’ yang bisa diterima oleh sensor / film kamera Anda, jadi setting shutter speed bisa diset lebih cepat lagi tanpa khawatir hasil menjadi gelap karena kurangnya waktu exposure.
  4. Satu trick agar gambar tidak goyang (shake) atau blur dengan menset exposure time menjadi “satu per panjang fokus lensa”. Sebagai contoh jika Anda sedang menggunakan lensa dengan panjang fokus 200mm, maka setting exposure time ‘yang aman’ adalah 1/200 detik. Begitu juga jika Anda menggunakan lensa dengan panjang fokus 400mm setting exposure time ‘yang aman’ adalah 1/400 detik. Untuk bisa mendapatkan waktu exposure yang tinggi serta hasil yang ‘bagus’ dibutuhkan bukaan diagfragma yang semakin besar (seperti yang telah dijelaskan pada tips nomor 3).
  5. Gunakan penyangga (tripod / bipod / monopod) untuk mengurangi efek goyang (shake). Goyangan / getaran sekecil apapun ketika Anda menggunakan lensa tele, hal itu sudah dapat membuat hasil foto Anda blur / bergoyang. Hal itu dikarenakan efek ‘pembesaran’ yang disebabkan lensa tele tersebut. Penyangga (tripod / bipod / monopod) juga bisa digunakan untuk membantu ‘menopang’ lensa tele Anda yang rata-rata berukuran besar dan berat, terutama jika Anda menunggu momen yang tepat dalam waktu yang lama.
  6. Semakin besar nilai bukaan diagfragma lensa Anda, semakin ‘bagus dan unik’ bokehyang akan dihasilkan dalam kondisi ‘normal’ dengan mudah. Lensa dengan nilai bukaan (apperture) f/2.8 bisa menghasilkan bokeh ‘lebih mudah’ jika dibandingkan dengan lensa dengan nilai bukaan (apperture) f/4. Hal ini juga berfungsi untuk mengisolasi subyek / obyek yang akan di foto dengan Deep of Field (DoF) untuk memberikan kesan ‘ruang/3D’.
  7. Gunakan fitur stabilizer yang bisa ditemukan pada sistem internal lensa seperti halnya Image Stabilizer (IS) pada lensa-lensa keluaran Canon ataupun VR pada lensa-lensa keluaran Nikon ataupun stabilizer yang ada pada body kamera seperti IS pada kamera Olympus ataupun Steady-Shoot pada kamera Sony.
  8. Gunakan ISO yang lebih tinggi untuk mengkompensasi bukaan lensa (apperture) yang kecil untuk mendapatkan nilai shutter (expose) yang tinggi. ISO 1600 bisa mengkompensasi nilai shutter (expose) yang lebih cepat jika dibandingkan dengan ISO 400 pada kondisi pencahayaan dan bukaan lensa (apperture) yang sama. Hal ini berguna untuk mengurangi efek blur / shake pada hasil akhir. Tetapi hal ini mempunyai konsekwensi lain yaitu timbulnya grainy/noise/bintik-bintik yang lebih besar dan banyak jika Anda menggunakan ISO yang lebih tinggi.

Tips membeli kamera DSLR baru atau bekas

Dunia Fotografi saat ini semakin mudah, dimana orang bisa dapat mengambil gambar atau foto yang bagus cukup memakai handphone kamera dan mempercantiknya dengan efek / filter di applikasi kamera handphone ataupun menggunakan applikasi seperti Instagram.

Namun bila Anda ingin serius menggeluti dunia Fotografi maka smartphone secanggih apapun (iPhone atau Android) maupun kamera mirrorless (Panasonic GX1, Canon S110) tidak akan mampu menandingi kemampuan Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex).


Memilih kamera DSLR baik baru atau bekas (second) tidak pernah mudah karena banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membeli. Produsen kamera seperti Nikon, Canon, Olympus, Leica, dll terus membanjiri pasar dengan fitur gimmick yang belum tentu / jarang digunakan serta penggunaan istilah di spesifikasi kamera DSLR yang dapat membingungkan bagi pemula (ISO, fstop, aperture, white balance, dll).



Bila Anda tergolong baru (pemula) di dunia fotografi maka yang harus diperlukan terlebih dahulu adalah pengetahuan mengenai ISO, aperture, dan shutter speed yang semuanya harus bekerja secara sinkron. Dimana fungsi aperture adalah mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke lensa kamera, ISO berfungsi mengatur sensitif kamera terhadap cahaya dan shutter speed menentukan berapa lama paparan cahaya yang masuk.

Fitur-fitur yang harus ada pada kamera DSLR
1. ISO

ISO mendeskripsikan kepekaan cahaya dari sensor yang ada di kamera DSLR terhadap standar umum. Nilai ISO tinggi di kamera berarti gambar yang dihasilkan lebih terang. Tapi ISO tinggi sangat dipengaruhi juga oleh kualitas sensor kamera di DSLR dan juga fungsi noise reduction supaya hasil foto tetap berkualitas meskipun diambil di tempat yang minim cahaya.

2. APERTURE

Aperture diukur menggunakan skala f-number yang mungkin membingungkan pada awal mengenalnya. Secara singkat aperture adalah kemampuan lensa untuk menyempitkan cahaya yang melewatinya menggunakan elemen internal yg disebut diafragma; diafragma dapat diperpanjang dan diperpendek menggunakan kontrol pada kamera. Angka f-number yg rendah (f/2.8 kebawah) menunjukkan aperture lebih luas, sementara nilai lebih tinggi menandakan cahaya diblokir lebih banyak.


Pengaturan aperture yg lebar tidak cocok untuk mengambil foto seperti pemandangan karena membuat hasil foto menjadi blur, wide aperture lebih cocok dipakai untuk menyempitkan fokus untuk objek yang sangat dekat dan memberikan tampilan latar belakang yang lembut (bokeh effect).


Jadi bila menginginkan fokus lebih luas seperti mengambil foto landscape adalah dengan cara mempersempit aperture atau menggunakan nilai f/8 supaya cahaya lebih fokus dan menghasilkan kedalaman (depth of field).

3. SHUTTER SPEED

Shutter speed berfungsi mengatur seberapa lama cahaya yang masuk kedalam kamera. Shutter speed diukur dalam sepersekian detik, dimana nilai 1/125 menandakan bahwa shutter terbuka selama 1/125 detik. Kecepatan shutter speed yang tinggi berarti kamera mengambil foto dalam waktu yang lebih singkat sehingga foto tidak blur, sementara kecepatan shutter rendah memungkinkan foto lebih terang karena menyerap lebih banyak cahaya, tapi dengan risiko hasil foto menjadi blur jika kamera dan subjek tidak ber goyang (bisa diakali dengan tripod).



Ketiga fitur diatas merupakan kontrol yang paling penting pada kamera Anda, tetapi ada atribut lain yang juga penting bila kita ingin mendapatkan kualitas foto terbaik.

4. Ukuran Sensor Kamera DSLR

Biasanya dengan membeli kamera DSLR baru atau bekas dgn sensor berukuran besar akan mampu menghasilkan foto yang baik karena semakin luas permukaan fotosensitif maka cahaya yang masuk lebih mencukupi. Ukuran sensor dengan harga kamera DSLR biasanya berbanding lurus, jadi sesuaikan uang yang Anda miliki.

5. Ketajaman Lensa

Anda dapat men-tweak pengaturan kamer sebanyak yang Anda suka, tetapi tanpa lensa berkualitas dengan ketajaman yang baik maka hasil foto akan tampil biasa saja.


Tapi sayangnya, sangat sulit menentukan kualitas lensa karena kinerja lensa bervariasi dari segi aperture dan tingkat Zoom level. Lensa tertajam pada f/4 biasanya adalah lensa f/1.8 atau f/1.4 yang ditarik kembali dari pengaturan tertinggi mereka. Demikian pula, lensa mulai berdistorsi pada tipeextreme wide lens (16mm kebawah) dan telephoto (135mm keatas) pada ujung rentang zoom-nya; untungnya beberapa kamera DSLR canggih dapat secara otomatis memperbaikinya.


Lensa kamera yang bagus biasanya terbuat dari kaca dan bukan dari plastik. Lensa kamera utama tanpa fungsi zoom dengan focal length tetap biasanya lebih berkualitas daripada lensa zoom karena konstruksinya yg sederhana. Untuk hasil foto terbaik di setiap kondisi mutlak, maka Anda tentu menginginkan kamera yang mampu bertukar lensa bersama dengan lensa wide aperture untuk focal length yang paling umum yaitu 24mm, 50mm, 80mm, 100mm dan 200mm.

6. Fungsi Autofokus

Kehandalan, ketepatan dan kecepatan kamera melakukan autofokus terutama dalam cahaya rendah merupakan salah satu keunggulan kamera DSLR dibandingkan smartphone ataupun kamera pocket. Cari kamera DSLR yang mampu melakukan autofokus secara cepat dan juga memiliki titik AF yang banyak.

7. Optical Image Stabilization

Fitur image stabilization pada kamera DSLR akan membuat hasil foto tidak blur meskipun posisi kamera saat dipegang bergoyang / blur dan suatu keharusan bila mengambil foto menggunakan lensa tele atau zoom. Beberapa produsen kamera menamainya berbeda-beda seperti Canor dengan nama Optical Image Stabilizer, Panasonic dengan Mega OIS, Nikon dengan nama fitur Vibration Reduction, dll.

Tapi sama halnya seperti Digital Zoom, pembaca sebaiknya menghindari membeli kamera DSLR yang memiliki fitur digital image stabilization karena ini hanyalah strategi pemasaran saja.

8. Megapixels

Megapixel menentukan seberapa besar hasil foto yang dapat dicetak tanpa pembesaran digital di komputer (yg dapat mengurangi kualitas). Jadi tentukan tujuan Anda menfoto, bila foto hanya untuk disimpan di komputer dan jarang dicetak maka ukuran 8 Megapixels ketas sudahlah cukup. Namun jika tujuan membeli kamera DSLR baru atau bekas adalah untuk mencetak poster, billboard ataupun media berukuran besar lainnya maka semakin besar megapixel akan semakin baik.

9. View finder dan LCD

Viewfinder masih dibutuhkan dengan beberapa alasan seperti pengambilan gambar lebih mudah karena posisi tangan lebih stabil ketimbang saat memofoto dengan melihat LCD, menghemat baterai (mematikan LCD dan menfoto dengan melihat dari view finder).

Tapi bila kamera DSLR yang ingin dibeli tidak memiliki viewfinder maka pastikan LCD kamera memiliki resolusi layar yang baik dan dapat terlihat jelas di bawah sinar matahari. Beberapa kamera DSLR terbaru juga memiliki fitur LCD touchsreen yang memudahkan dalam pengoperasian.

10. White Balance

Semua kamera modern memiliki White Balance yang telah diatur untuk pencahayaan artifisial, tetapi hanya kamera DSLR profesional yang memberikan kontrol granular untuk white balance dengan kemampuan mensetting white balance dengan cepat.

Mayoritas kamera DSLR yang beredar sekarang sudah memiliki pilihan pengaturan White Balance dengan cukup menfoto benda berwarna putih contohnya kertas / kain putih sehingga warna foto akan terkalibrasi menurut sample benda tersebut.

11. ZOOM

Carilah kamera dengan optical zoom dan bukan digital zoom. Sebuah kamera dengan lensa 28mm dan zoom 10x akan mampu melihat lebih dekat (280mm) dibandingkan lensa 24mm (240mm ketika diperbesar). Tpi jika Anda ingin melihat sedekat mungkin ke objek foto, jumlah yang paling penting adalah sudut telephoto ketimbang jumlah X zoom.

12. Merekam Video HD

Meski bukanlah hal yang penting, fitur merekam video HD sudah banyak disematkan pada kamera DSLR, tapi jangan jadikan ini hal utama.

10 Tips Memotret di Kondisi Cahaya Gelap

Kebanyakan alasan orang-orang membeli kamera DSLR karena ingin kualitas fotonya meningkat terutama di kondisi cahaya yang gelap. Kamera DSLR memiliki sensor gambar yang jauh lebih besar dari kamera compact sehingga potensi mendapatkan hasil foto yang bagus jelas lebih besar.

Tapi jika tidak bisa menyetting dan mengunakannya dengan baik, maka hasil foto dengan kamera DSLR tidak akan maksimal juga. Di artikel ini saya akan berbagi beberapa tips saat memotret di kondisi cahaya yang cukup gelap, misalnya di dalam ruangan atau saat malam hari.

1. Gunakan ISO tinggi - Saat memotret di kondisi cahaya gelap dan dengan kamera dalam genggaman, sebaiknya mengunakan ISO tinggi sekitar ISO 800-6400 (tergantung tingkat cahaya yang ada).

ISO tinggi akan membuat kualitas foto menjadi kurang baik, tapi jika kondisi cahaya sangat gelap dan kita tidak memiliki alat bantu seperti tripod atau flash, maka satu-satunya cara supaya foto tidak gelap/tidak tajam adalah mengunakan ISO tinggi.


2. Mode Aperture Priority (A atau Av) - Mode kamera yang saya andalkan adalah mode A / Av. Mode ini cukup handal untuk berbagai kondisi, termasuk kondisi cahaya gelap.

Jika Anda cukup berpengalaman, mode Manual (M) juga cukup bagus. Mode A ini cukup praktis. Saat memotret di kondisi cahaya gelap, putar nilai bukaan ke angka yang kecil misalnya f/3.5 atau lebih kecil lagi.

Semakin kecil angkanya, semakin besar bukaan lensanya. Nilai bukaan ini tergantung lensa yang terpasang. Ada lensa yang bisa membuka sampai f/1.4 tapi kebanyakan lensa zoom maksimal bukaannya sekitar f/3.5, f/4 atau f/5
Bukaan ibaratnya adalah jendela dalam ruangan. Semakin besar jendelanya, semakin terang ruangannya. Saat kondisi cahaya gelap, dibutuhkan bukaan yang besar. 


3. Pakai lensa berbukaan besar - Menyambung dari tips di atas, lensa bukaan besar menguntungkan di kondisi cahaya gelap. Dengan lensa berbukaan besar, seperti 35mm f/1.8 atau 50mm f/1.8, kita dapat memasukkan banyak cahaya ke dalam kamera.

Saat menggunakan bukaan yang sangat besar, ISO tidak perlu terlalu tinggi, ISO 400-1600 biasanya sudah cukup. Efek lain dari bukaan besar yaitu latar belakang yang tidak fokus akan terlihat blur, sementara subjek yang difokus akan tajam. Ideal untuk portrait orang/model.

4. Continuous drive - Memotret berturut-turut dapat membantu dalam kondisi cahaya gelap. Tujuannya adalah untuk mendapatkan satu foto yang tajam. Cara mengaktifkan foto berturut-turut adalah di menu drive mode.

Pilih simbol kotak-kotak berlapis, lalu saat mengambil foto. Tahanlah tombol shutter/jepret dan kamera akan mengambil foto berturut-turut. Pilihlah foto yang terbaik dari beberapa foto yang telah dibuat.

5. Perhatikan arah cahaya yang jatuh ke subjek foto - Amati jatuhnya cahaya ke subjek. Misalnya saat memotret orang, amati apakah cahaya yang jatuh ke wajah cukup merata? atau wajahnya tertutup bayangan?

Jika memungkinkan, komunikasikan kepada subjek tersebut untuk menoleh ke arah cahaya.

6. Tunggu momen yang tepat - Jika subjek tidak bisa diatur, maka tunggulah saat yang tepat untuk memotret. Saat fashion show misalnya, ada waktu 1-2 detik saat subjek berpose dan diam. Saat itu adalah saat yang tepat untuk memotret

7. Mantapkan genggaman - Saat memotret di kondisi cahaya yang sangat gelap, biasanya shutter speed menjadi cukup lambat. Saat tersebut, kita harus mantapkan genggaman kamera dan latihan pernafasan yang baik.

Tahan nafas dan hembuskan nafas perlahan saat menekan tombol shutter dengan lembut. Mantapkan posisi tubuh dan jangan sampai kamera bergetar saat kita menekan tombol shutter.

8. Efek gerakan - Kita bisa membuat efek orang yang bergerak dengan memasukkan elemen motion blur. Caranya yaitu mengunakan shutter speed yang agak lambat kemudian sedikit panning (menggerakkan kamera) sehingga subjek foto dan latar belakang sedikit blur. Efek gerakan ini kadang berhasil, kadang gagal karena terlalu blur/goyang.

9. Gunakan tripod - Tripod ideal untuk pemotretan subjek yang tidak bergerak di malam hari, contohnya seperti foto pemandangan alam, kota, langit atau di dalam ruangan. Dengan mengunakan tripod, kita tidak kuatir shutter speed lambat menyebabkan foto blur.

Kita juga bisa mengunakan ISO terkecil (100/200) untuk mendapatkan hasil foto dengan kualitas yang maksimal. Tripod tidak akan membantu saat memotret subjek yang bergerak misalnya foto manusia atau satwa.

10. Gunakan flash/lampu kilat - Jika cahaya yang menyinari subjek tidak bagus (gelap, merata, warnanya tidak cocok). Maka solusinya adalah dengan mengunakan flash. Di kamera DSLR biasanya sudah ada lampu kilat yang terpasang (Built-in flash).

Flash ini bisa membantu menerangi subjek, tetapi biasanya hasilnya keras dan menghilangkan dimensi subjek. Saya menyarankan mengunakan flash eksternal (speedlight). Jika memotret di dalam ruangan, arahkan flash ke atas langit-langit sehingga dapat cahaya akan dipantulkan kembali ke subjek
Hasilnya adalah cahaya yang lebih lembut dan merata, dimensi subjek juga terlihat lebih nyata dan alami. Pastikan langit-langit tidak terlalu tinggi atau memiliki warna yang tidak cocok, karena cahaya yang dipantulkan akan memiliki warna sesuai dengan warna langit-langit.